Powered By Blogger

Jumat, 13 Desember 2013

Mengunjungi Petilasan Mbah Maridjan di Kaki Merapi


Mbah Maridjan
Cungkup tetenger petilasan komplek rumah Mbah Maridjan.
Nama Mbah Marijan, masih segar diingatan kita. Dia adalah juru kunci Gunung Merapi yang tinggal di Dusun Kinahrejo, Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Sejak Merapi meletus pada 26 Oktober 2010 lalu dan kepergian untuk selamanya sang bintang iklan Sidomuncul ini, kini bekas rumahnya menjadi tempat tujuan wisata Gunung Merapi.
Tak pernah henti pengunjung yang datang ke rumah Mbah Maridjan, meski rumahnya kini telah terpendam pasir Merapi. “Rasanya tidak puas jika enggak sampai ke rumah Mbah Maridjan kalau sudah sampai Yogyakarta,” ujar Rodia Mariana asal Malang yang datang bersama sanak keluarganya berwisata ke Gunung Merapi.
Pada liburan sekolah pada Desember 2012, tempat parkir yang berada di kaki Merapi terlihat penuh sesak dengan kendaraan bus, mobil yang kebanyakan berpelat nomor luar Yogyakarta. Ini menunjukkan kalau mereka adalah para wisatawan yang datang dari jauh. Tak hanya wisatan lokal, sejumlah turis asingpun terlihat modar-mandir disekitar parkiran dan di sekitar kios sovenir wisata Merapi.
DSC_4515
Komplek rumah Mbah Maridjan di Dusun Kinahrejo telah rata dengan tanah.
Untuk memasuki merapi setiap pengunjung dikenakan biaya Rp 5000 per orang dan Rp 5000 per mobil.
Banyaknya pengunjung juga dimanfaatkan oleh warga di sekitar Merapi. Salah satunya menggelar wisata adventure, merupakan paket wisata dengan mejelajah sekitar Merapi. Paket ini banyak diminati wisatawan, terlihat para wisatawan mengantre persewaan sepeda motor trail, dan mobil offroad.
Dari pemberhentian terakhir, untuk sampai di rumah Mbah Mardjan masih berjarak sekitar 1,5 km. Pengunjung bisa memanfaatkan ojek Rp 20 ribu pulang pergi atau persewaan sepeda motor trail sebesar Rp 30 ribu. Selain itu jika pengunjung ingin menikmati alam di sekitar Gunung Merapi, bisa menyewa mobil offroad dari Club Adventure lokal dengan membayar ongkos sebesar Rp 100 ribu.
DSC_4483
Poster detik-detik menjelang erosi Merapi diceritakan dalam poster.
Pengunjung juga bisa berlanja dan menyaksikan berbagai poster dan foto-foto dokumentasi Gunung Merapi saat meletus. Banyak pula kios-kios semi permanen di sana yang berjualan berbagai macam sovenir dengan harga yang relatif murah.
Tidak sedikit pengunjung yang berjalan kaki menuju rumah Mbah Maridjan. Keuntungan lain jika berjalan kaki, pengunjung bisa memanfaatkan foto-foto disepanjang perjalanan dengan panorama indah dan membentang luas. Sayangnya puncak Merapi sering tertutup kabut saat musim penghujan.
Alam Gunung Merapi yang tadinya kering, kini telah tumbuh subur dengan pepohonan yang telah menghijau kembali. Meski masih ada sisa-sisa bekas pohon yang mati, namun pepohonan penganti telah mulai tumbuh dan subur.
DSC_4477
Sepeda motor dan mobil milik relawan yang gagal menjemput Mbah Maridjan ikut terpanggang pasannya erupsi Merapi.
Dusun Kinahrejo yang tadinya dihuni warga, kini tidak ada lagi. Warga tidak diperbolehkan menempati bekas rumah mereka yang telah hancur saat terjadi letusan 3 tahun silam. Namun warga telah direlokasi ditempat yang lebih aman dengan bantuan dana dari pemerintah. “Di belakang ini bekas rumah saya, yang rusak akibat letusan Merapi. Ini kenangan,” ujar warga yang berjualan di depan rumahnya yang telah rata dengan tanah.
Sepanjang jalan menuju rumah Mbah Maridjan terlihat asri, dengan panorama yang indah dengan pepohonan yang hijau. Tidak terasa perjalanan hampir sampai di rumah Mbah Maridjan.
Tidak sulit untuk mencari rumah Mbah Maridjan. Ada penunjuk jalan bertuliskan menju rumah Mbah Maridjan pinggir jalan utama menuju puncak Merapi. Pengunjung menyusuri sebuah gang sempit untuk sampai bekas rumah juru kunci Merapi ini.
DSC_4499
Perangkat gamelan milik Mbah Maridjan ikut dipamerkan di dekat petilasan.
Setelah berjalan sekitar 15 menit, akhirnya sampai juga di sebuah tanah lapang yang sekitar 50X50 meter. Ini adalah area bekas rumah juru kunci Merapi yang telah menghadap illahi. Ditempat itu, kini terdapat kios-kios penjual sovenir dan sebuah warung milik adik perempuah Mbah Maridjan.
Untuk menandai lokasi rumah Mbah Maridjan dipagar dengan bambu yang mengelilingi. Ditengah pagar terdapat cungkup (rumah kecil) bertuliskan rumah Mbah Maridjan. Cungkup sebagai penanda rumah Mbah Maridjan.
Di lokasi bekas rumah ini  juga terdapat beberapa poster yang menceritakan tugas Mbah Maridjan sebagai jurukunci Merapi. Tak jauh dari poster Mbah Maridjan yang lain terdapat pula dua sepeda motor dan sebuah mobil yang telah berkarat, terlihat jelas bekas terbakar. Di sisi lain juga terdapat seperangkat gamelan yang telah karatan.
DSC_4490
Cungkup sebagai penanda petilasan komplek perumahan Mbah Maridjan.
Detik-detik 26 Oktober 2010 pukul 17.30 menjadi cerita menarik dan menjadi bacaan pengunjung yang datang ke rumah petilasan Mbah Maridjan. Inilah catatan sejarah menjelang detik-detik kematian sang jurukunci Merapi itu.
Masih dalam satu bingkai poster, juga dipajang foto-foto relawan dan seorang jurnalis yang tewas dalam letusan merapi itu. Dia adalah relawan PMI, dr Tutur Priyanto dan wartawan vivanews.com, Yuniawan Wahyu Nugroho yang meninggal akibat erupsi Merapi.
Ditempat itu sekarang dijadikan semacam museum mini, sebagai penanda dan tempat mengenang jasa Mbah Maridjan yang juga menjadi sesepuh di Dusun Kinahrejo. Dusun Kinahrejo kini tinggal kenangan. pemerintah daerah telah merelokasi warga dusun itu. Praktis di dusun paling dekat dengan Gunung merapi kini tidak ada lagi penghuninya. Hanya sisa rumah yang telah roboh dan tertimbun tanah yang terlihat disekitar jalan menuju Puncak Gunung Merapi.
DSC_4443
Sewa motor trail untuk menuju komplek perumahan Mbah Maridjan.
Wisatawan terlihat antusian untuk membuat kenang-kenangan disetiap sudut jalan menuju Dusun Kinahrejo. “Tolong potretin saya mas, di dekat poster Mbah Maridjan. Untuk kenang-kenangan,” ujar seorang wisatawan asal Sidoarjo.
Kini petilasan Mbah Maridjan terus didatangi wisatawan baik lokal maupun wisatawan mancanegara. Maklum nama Mbah Maridjan telah dikenal di seluruh dunia seiring meletusnya Gunung Merapi tiga tahun silam. Meski dia telah tiada petilasan Mbah Maridjan menjadi tujuan wisatawan diseluruh dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar